Selasa, 27 April 2010

Mom

Ibu, aku memanggil beliau dengan panggilan 'mama'
Masih sangat lekat diingatanku betapa manjanya aku padanya, bahkan ketika usiaku sudah bisa dibilang dewasa. Aku juga masih ingat betapa marahnya aku jika diganggu dengan pertanyaan "bagaimana kalau kamu dicarikan Bapak baru ci?" Saat itu tak bisa kubayangkan bagaimana jika harus berbagi kasih sayang dengan orang lain. Kasih sayang mama hanya boleh untukku seorang. Sifat egois yang muncul secara tidak sadar sebagai anak tunggal. Saat beranjak dewasa aku baru menyadari, betapa butuhnya seorang wanita dengan kasih sayang dan perlindungan dari makhluk bernama pria, makhluk yang sangat asing dalam hidupku. Kini hubunganku dengan mama telah berubah, menjadi hubungan antara dua wanita dewasa. Mama sudah banyak makan asam garam dalam hidupnya. Jika mengisahkan perjuangan hidupnya, betapa aku melihat dirinya sebagai sosok yang sangat tegar. Ah, bangganya memiliki ibu sepertimu mama. Aku berharap mama bisa menemukan jodoh lagi untuk menemani hari tuanya.
Kini, kami sering bertukar pikiran, mengungkapkan pandangan masing-masing dalam berbagai hal. Kami saling mendukung, curhat, kadang juga sedikit bertengkar jika berselisih paham. Aku menyadari, betapa beliau selalu mengalah menghadapiku. Mama adalah orang yang terbuka dengan pemikiran baru. Ketika kuperkenalkan dengan dunia Islam yang baru, yang berbeda dari pandangan awam, ia akan menanyakan banyak hal hingga aku berhasil meyakinkannya bahwa inilah yang masuk akal dan sesuai syari'at. Tak jarang sikap kekanakanku muncul. Ngambek, bermuka masam, ketus. Astaghfirulloh, padahal Alloh memerintahkan untuk bersikap lemah lembut kepada orang tua.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Isra’, ayat 23-24:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَـٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡڪِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ۬ وَلَا تَنۡہَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلاً۬ ڪَرِيمً۬ا (٢٣) وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرً۬ا (٢٤)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [2] (23) Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"


Saat makin dewasa, sikap seperti itu sudah kutinggalkan. Jika berselisih paham dengan beliau, aku merasa tak sanggup melawan hingga air mata lah yang tumpah. Air mata yang menunjukkan perasaan sedihku, sambil berusaha menjelaskannya pada mama. Jika itu terjadi, luluhlah hatinya. Aku membayangkan bagaimana perasaan seorang ibu melihat anaknya menangis karena berselisih paham dengannya. Oh, betapa menyakitkannya, rasanya seperti menyakiti hati anak sendiri. Maafkan aku mama. Maafkan anakmu yang manja ini.

0 komentar:

Posting Komentar